Jumat, 18 Oktober 2013

Untitled



1.
15 Maret 2013
Happy Anniversarry..


“Mm, yang itu, tolong dibungkus yaa”. Ucapku sambil menunjuk salah satu kue coklat berukuran sedang.
“Mau ditambahkan lilin mbak?” tanya salah seorang pramusaji toko kue tersebut.
“Mm, ya!” Jawabku sambil tersenyum.
“Angka berapa?”.
“ 4 “ Jawabku sambil tersenyum lagi.
“Untuk keponakannya ya mbak?” tanya pramusaji tersebut diiringi dengan ekspresi wajah keheranan.

Aku hanya tersenyum melihat ekspresi wajah keheranan dari pramusaji tersebut.
Jumat ini adalah tahun keempat aku dan Marcell bersama. Rasanya baru kemarin kami sepakat untuk menjalani kehidupan sebagai sepasang kekasih, dan sekarang sudah tahun keempat kami bersama.

Tidak ada yang berubah dari kehidupan kami selama empat tahun ini. Kami memang terpisah jarak, tapi itupun tidak jauh. Hanya beda kota saja dan masih bisa dijangkau dalam waktu 2-3 jam.

Hari ini aku berniat memberikannya kejutan. Aku sengaja ijin pulang cepat dari kantor dengan alasan ada keperluan keluarga mendadak. Mm, kurasa suatu saat nanti Marcell akan menjadi keluargaku juga jadi tidak ada salahnya aku pakai alasan ada keperluan keluarga pada bos ku.
Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, aku tak henti membayangkan perjalanan kisah kami selama 4 tahun ini. Bagaimana kami sering bertengkar untuk hal-hal sepele kemudian tiba-tiba berbaikan dalam waktu yang tak lama. Semakin hari aku semakin menyadari aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada hidupku jika aku melalui hari-hari tanpa Marcell.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam akhirnya aku sampai dirumahnya. Aku dapat dengan mudahnya masuk ke rumahnya karena memang aku memiliki kunci rumahnya.

Begitu masuk rumahnya, seperti biasa, yang kulakukan adalah bersih-bersih. Marcell hidup sendiri di Jakarta, Orangtuanya tinggal di Bandung, dia adalah orang yang super sibuk jadi baginya bersih-bersih cukup dia lakukan di akhir pekan saja.

Setelah merapikan rumahnya aku segera memasak, sebelum sampai dirumahnya tadi aku sengaja mampir di swalayan dekat rumahnya untuk membeli bahan-bahan. Karena hari ini adalah hari istimewa maka hari ini aku sengaja masak masakan spesial, masakan kesukaannya.
Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 7 malam ketika masak memasak telah selesai dan Marcell belum juga pulang. Mengingat dia yang super sibuk, kurasa hari ini dia lembur. Aku putuskan untuk mandi sambil menunggu Marcell pulang.

Selesai mandi aku memakai pakaian terbaikku agar nanti aku terlihat lebih cantik dari biasanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Marcell masih belum menunjukkan batang hidungnya. Aku berpikir untuk menghubunginya saja, tapi kemudian aku mengurungkan niatku. Jika Marcell tahu aku dirumahnya nanti kejutan yang aku persiapkan bisa gagal.

Karena terlalu lama menunggunya akupun tertidur bersama masakan yang telah kubuat, kue yang telah kutulisi “Happy 4th anniversary”, lilin aromaterapi yang masih menyala, dan sebuah kado yang telah aku siapkan.

***
 
Tiktok ada pesan masuk.

                “Hei, sibuk malam ini? Gimana kalau kita keluar. Rose”

Aku tersenyum membacanya, wanita yang satu ini selalu tahu waktu yang tepat disaat aku butuh refreshing.

                “Mm, i think i always be free for you. Jemput dimana?”

Pekerjaan hari ini terasa sangat berat, untunglah semua dapat selesai tanpa harus melakukan lembur. Kurasa aku benar-benar membutuhkan refreshing, setelah semua pekerjaan yang melelahkan ini.

Tak lama ponselku kembali berbunyi. Balasan dari Rose.

                “Kita ketemu di cafe biasa okay? Jalanan pasti macet banget, buang waktu kalau kamu jemput dulu”.

Rose, wanita ini sungguh dewasa. Tidak banyak menuntut. Selain memiliki wajah yang menarik, dia juga sangat pintar. Kurasa aku benar-benar lelaki yang sangat beruntung bisa dekat dengannya. Setahun dekat dengannya tidak cukup untukku dapat mengenalnya. Dia sungguh misterius untukku. Dia adalah prototype wanita modern yang didambakan semua pria masa depan.

                “Okay, see you darl”.

Tak lama aku segera meluncur ke cafe tempat biasa kami bertemu. Sesampainya disana aku segera meluncur ke lantai dua dan duduk di tempat biasa kami menghabiskan waktu bersama. di balkon ini tempat kami pertama sepakat untuk berbagi kisah dan kehidupan bersama. Cafe ini terletak di tempat yang agak tinggi sehingga dari balkon ini dapat terlihat pemandangan kota jakarta yang semarak. Lampu-lampu menyala kerlap kerlip di seluruh kota bagaikan bintang di langit yang menemani bulan. Tak lama sesosok wanita anggun datang menghampiri meja dan duduk di depanku. Dia terlihat mempesona dengan rambut hitam panjang terurai, rok selutut dan blazer yang hanya digantungkan di pundaknya saja. Dia datang menghampiri dengan senyum terindahnya.

“Sudah lama menunggu?” Tanyanya.
 “Tidak, aku baru saja sampai. Aku sedang membayangkan tahun lalu di tanggal yang sama saat kita sama-sama setuju untuk bersama. kurasa hari itu adalah hari keberuntunganku”. Celotehku sambil diiringi tawa kami berdua.
“kamu bahagia?”. Tanyanya mengagetkanku.
“Tak pernah sebahagia ini”. Jawabku mantap.
“Aku juga”. Jawabnya sambil berbinar.

Malam itu kami menghabiskan waktu bersama hingga larut malam. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kami memutuskan untuk pulang karena semakin malam jalanan akan semakin berbahaya, mengingat kami membawa kendaraan masing-masing.

“Kau jalanlah duluan, aku akan mengikutimu dari belakang sampai rumah”.
“Hei, tak usah sekhawatir itu. Aku sudah terbiasa pulang sendiri. Kau pulanglah langsung ke rumah. Aku akan baik-baik saja”. Pintanya.
“Lelaki macam apa aku ini jika sampai membiarkanmu pulang sendirian di malam selarut ini”. Jawabku menggodanya.
“Baiklah lelaki paling bertanggungjawab, tolong pastikan aku sampai rumah dengan selamat. Jangan sampai kamu kehilangan jejakku nanti di jalan, aku ini seperti pembalap, aku tidak biasa mengemudi pelan-pelan”. Jawabnya balik menggodaku.

Aku hanya tersenyum mendengar celotehnya. Sepanjang perjalanan tak sedikitpun aku lengah. Aku terus meperhatikan mobilnya. Setelah memastikan dia sampai dirumah dengan selamat, aku hanya mengklaksonnya, tersenyum, dan langsung pulang menuju rumahku.

Begitu sampai dirumah sekitar pukul 12.00 aku kaget ketika kulihat mobil Biyan parkir di depan rumahku. Sejak kapan Biyan ada dirumah. Kenapa dia tak menghubungiku? Begitu banyak pertanyaan dalam otakku. Tanpa berpikir panjang aku segera masuk kerumah. Begitu masuk, aku melihat Biyan telah tertidur di kursi. Kulihat balon dan tulisan happy anniversarry yang menggantung di langit-langit rumah. Di meja kulihat begitu banyak makanan dan kue yang bertuliskan happy anniversarry. Aku tersenyum melihat semua yang telah dipersiapkannya. Biyan begitu banyak kejutan, selama 4 tahun bersamanya dia selalu penuh kejutan dan selalu menghadirkan banyak keceriaan dalam hidupku. Biyan adalah penghiburku disaat aku merasa dunia tak berpihak padaku. Dia selalu ada disisiku dari mulai aku bukan siapa-siapa hingga sekarang ketika aku memiliki segalanya. Aku menggendongnya dengan bermaksud untuk memindahkannya ke tempat tidur. Aku tak tega membangunkannya. Entah dari kapan dia menungguku pulang. Setelah menidurkannya di tempat tidur, aku memperhatikan wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya, semakin aku memperhatikannya aku semakin sadar betapa aku menyayanginya. Betapa sabar dia menungguku selama ini.

Aku membereskan meja dan memasukkan makanan ke dalam kulkas karena aku akan tidur di sofa dan tidak mungkin bagiku tidur dengan makanan disampingku. Sebelum tertidur kulihat sekelilingku dan kembali tersenyum membayangkan Biyan melakukannya sendiri. Naik tangga untuk  memasang balon dan yang lainnya. Sungguh Biyan yang penuh kejutan.

***

Sesampainya dirumah aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan apa yang akan terjadi padaku dan Marcell nanti. Apakah kami akan bersama? apakah kami akan terpisah? Hingga saat ini, setelah setahun bersamanya aku masih belum mengerti mengapa dia bisa begitu sangat menarik untukku hingga aku tak pernah bisa melepasnya. Setiap aku berpikir untuk meninggalkannya semakin perasaanku terhadapnya tumbuh semakin besar. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku seandainya dia tak ada disisiku. Ntah apa yang bisa membuat perasaanku padanya semakin kuat. Mungkin karena memang dia tidak pernah menjanjikan apapun kepadaku, dia tidak seperti pria lain yang pernah mendekatiku yang selalu menjanjikan berbagai hal tetapi janji-janji itu tak pernah mereka wujudkan.

Sebelum tidur, kulihat foto kami berdua ketika pergi berlibur tahun lalu yang aku pajang di samping tempat tidur. Sungguh moment yang takkan terlupakan dimana kami hanya menghabiskan waktu berdua. Dimana hanya kebahagiaan yang kami lalui. Tiba-tiba aku teringat pada kakek peramal pinggir jalan yang kami iseng datangi waktu itu. Aku ingat saat peramal itu mengatakan dengan yakin bahwa kami akan hidup bahagia selamanya, takkan terpisahkan oleh apapun di dunia ini. Betapa kami tertawa terbahak-bahak mendengar ramalan orang tersebut. Kini betapa aku mengharapkan ramalan itu benar, aku benar-benar mneginginkannya bersamaku selamanya, membangun rumah tangga, mempunyai banyak anak, dan tumbuh tua bersama di sebuah desa yang jauh dari riuh kota jakarta. Betapa aku selalu membayangkan hal tersebut setiap malam sebelum aku pergi tidur.

Hari ini, tepat satu tahun aku bersamanya. Kuharap ini bukan akhir dari kisahku bersamanya, aku harap ini adalah awal dari akhir yang bahagia. Happy 1st anniversarry my dear Marcell, i do really love you.

Aku terpikir untuk mengirimnya SMS, ucapan selamat 1 tahun sekali lagi walaupun kami telah merayakannya tadi. Aku ingin sebelum dia tidur atau mungkin saat dia bangun besok pesan ini akan membuatnya bahagia.

“Happy 1st Anniversarry My Dearest Marcell, this is the beginning of us. Hopefully there will be 2nd, 3rd, 4th, ... until forever. Love you. Rose”.

***

Sreeetttt, suara gorden terbuka, seketika matahari pagi muncul menyinari ruangan. Akupun tak bisa mengelak dari silaunya sinar matahari pagi Jakarta.

“Hiyaaa, kenapa gordennya dibuka?”. Tanyaku sambil menutup mukaku dengan selimut karena sangking silaunya.
“Selamat pagi manis, ayo bangun. Kita sarapan”. Ajak Marc sambil membuka selimut yang menutupi mukaku.
“Tapi aku masih ngantuukk”. Rengekku sambil menutup kembali mukaku dengan selimut.

Marc hanya tersenyum kecil dan menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhku. Dia juga menarik kakiku sambil tertawa dan memaksaku untuk bangun. Tapi tetap saja itu tidak berhasil membuatku bangun dan menyerah. Akhirnya Marc menggendongku dan membawaku ke kamar mandi untuk mencuci mukaku. Setelah diserang habis-habisan akhirnya aku menyerah dan akhirnya setuju untuk mandi.

Setelah selesai mandi kulihat Marc sudah selesai menghangatkan masakan yang kemarin aku masak dan menghidangkannya lengkap dengan kue dan kado yang telah aku siapkan.

“Kamu belum membuka kadonya kan?”. Tanyaku penuh selidik.
“No. Tentu saja belum. Mana berani aku buka kadonya tanpa ada tuan putri disisiku”. Ucapnya sambil tersenyum.
“Good”. Jawabku sambil tersenyum. “Karena sekarang kamu sudah disini, mari kita tiup lilinnya dan buka kadonya”. Pintaku sambil tersenyum.
“Okay”.
“Sebelum tiup lilin, kita berdoa dulu okay? Berdoa mulai”.

Kami memejamkan mata dan berdoa. Doaku untuk kami selalu sama, ‘Tuhan, terimakasih telah mengirimkan Marc Untukku, semoga kami selalu bahagia’.

“Selesai. Ayo kita potong kue dan buka kadonya”.
“Okay”.

Aku berikan kado yang telah kusiapkan untuknya. Kado ini memang tidak terlalu spesial dan terkesan biasa saja. Tapi kuharap marc menyukainya. Ketika membuka kadonya kulihat marc  cukup kaget dan senang. Dia pasti tidak mengira kadonya akan sesimple itu.

“Well, kadonya memang sederhana, tapi kuharap dengan ini kamu akan selalu ingat aku kemanapun kamu pergi. Aku tahu kamu orang super sibuk dan sering bepergian, makanya aku hadiahkan ini biar bisa kamu bawa kemana-mana dan dimanapun kamu berada kamu ingat aku”. Celotehku. “Mana kunci kamu?”. Tanyaku.
“Nih”. Marc menyerahkan kunci rumah dan mobilnya.
“Karena ada dua kunci penting yang ga mungkin kamu tinggalin, makanya aku beli dua gantungan kuncinya. Satu untuk kunci rumah dan yang satu untuk kunci mobil”. Sambil aku pasangkan kunci rumah dan mobilnya dengan gantungan kunci yang baru aku berikan.

Marc hanya tersenyum melihat tingkahku yang mungkin dianggapnya seperti anak kecil. Tapi aku tidak peduli, aku menyayanginya dan aku tahu dia menyayangiku. Bagiku, seperti itu sudah cukup.

“Okay, mana kadoku?”. Pintaku pada marc sambil sedikit merengek.
“Hmm, aku rasa aku belum membeli apapun. Kau tahu aku sibuk sekali akhir-akhir ini”. Jawabnya.
Well, jujur saja jawabannya agak mengecewakan tapi aku mengerti marc adalah orang super sibuk. Jadi aku rasa aku bisa mengerti.
“Tapi aku sempat mampir ke mall dan membeli ini”. Ucapnya sambil mengeluarkan sebuah kado dan tersenyum.

Aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku dan langsung memeluknya.

“Aku hampir saja tadi mau menendangmu gara-gara kamu lupa beli kado”. Rengekku sambil tersenyum.
 “How could I forget our day babe?” jawabnya sambil tersenyum.

Aku buka kadonya dan aku terkejut sekali. Didalam kotak kado tersebut terdapat kalung hati yang berkilauan. Sungguh aku tidak menyangka dia akan memberikanku sebuah kado yang sangat luar biasa disaat aku hanya memberikannya sebuah, tidak, dua buah gantungan kunci.
“Karena kita jarang bertemu, aku harap kamu selalu pakai kalung ini dan akan selalu ingat bahwa hati aku akan selalu untukmu. I love you, Biyan”. Ucapnya sambil memasangkan kalung tersebut dileherku.

***

Tingtongtingtong. Suara alarm membangunkanku, kulihat jam di ponselku menunjukkan jam 7 pagi. Aku terbangun dan kulihat ada satu pesan untukku, dari Rose, gumamku.

“Happy 1st Anniversarry My Dearest Marcell, this is the beginning of us. Hopefully there will be 2nd, 3rd, 4th, ... until forever. Love you. Rose”.

Aku tersenyum membaca pesan tersebut. Kemudian pandanganku tertuju pada wanita mungil yang sedang tertidur pulas di tempat tidurku. Dia begitu manis, lugu, tulus, dan aku menyayanginya. Aku segera menghapus pesan yang tadi kubaca, walaupun sebenarnya aku tidak perlu khawatir biyan akan membaca pesan itu. Biyan bukan orang yang cemburuan, dia tidak pernah mengotak atik ponselku ataupun barang pribadiku yang lain. Biyan sungguh tipe wanita yang percaya pada pasangannya. Mungkin karena itu pula hubungan kami bisa bertahan hingga 4 tahun lamanya. Aku kemudian teringat kado yang kubeli beberapa hari yang lalu yang memang akan kuberikan padanya saat kami merayakan hari jadi kami yang keempat. Entah apa yang aku pikirkan saat membeli kado ini. Namun aku ingin membelikan biyan kado yang akan selalu dipakainya, aku ingin memberikan kado yang spesial untuknya karena telah mempercayaiku selama 4 tahun ini dan selalu berada disisiku apapun yang terjadi padaku.

Dengan susah payah aku membangunkannya dan mnyuruhnya mandi. Biyan memang manja, tetapi dibalik sifatnya yang manja dia adalah wanita yang tangguh dan berjiwa besar.

Sebelum bertukar kado, kami berdoa dan memotong kue. Doaku untuknya setahun terakhir ini selalu sama, ‘Tuhan, terimakasih telah mengirim Biyan disisiku selama ini. Semoga keceriaan dan kebahagiaan selalu menyertainya dengan atau tanpaku disisinya’.

Biyan memberikan kadonya terlebih dulu, aku cukup terkejut dengan kadonya. Kadonya simple tapi sangat berarti untukku. Dua buah gantungan kunci berbentuk persegi panjang, gantungan tersebut seperti dompet, ketika dibuka didalamnya terdapat foto kami berdua. Biyan tahu, kemanapun aku pergi aku tak mungkin meninggalkan kunci rumah dan mobilku. Aku senang sekali biyan memberiku kado ini, aku bisa membukanya ketika aku merindukannya. Dia langsung menukar gantungan kunci lamaku dengan yang baru. Dia bilang, dengan begini kemanapun aku pergi aku akan selalu mengingatnya. Sungguh biyan yang manis.

Giliranku memberikan kado untuknya. Ketika membuka kadoku dia sangat senang sekali dan sepertinya tidak percaya. Saat aku melewati toko perhiasan tiba-tiba saja aku terpikir untuk membelikannya hadiah yang istimewa, yang akan selalu dipakainya. Hadiah yang akan mengingatkannya akan diriku kemanapun dia pergi, sejauh apapun jarak memisahkan kami. Aku membelikannya sebuah kalung hati sederhana. Aku sengaja membelikannya kalung hati agar dia selalu tahu bahwa dimanapun aku berada hatiku selalu untuknya.

***

Hari ini aku terbangun dengan sangat lelah, entah kenapa tapi semalam aku benar-benar tidak bisa tidur. Mungkin karena terlalu banyak pekerjaan dikantor sebelumnya. Aku langsung melihat ponselku berharap ada pesan balasan dari Marc. Aku sedikit kecewa karena setelah kuperiksa ponselku tidak ada pesan apa-apa darinya. Yang kuterima hanya pesan mengenai pekerjaan yang sama sekali tidak berniat aku balas mengingat ini adalah hari libur.
Aku membuka gorden dan melihat cuaca Jakarta yang sangat cerah hari ini. Aku segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan karena isi perutku mulai bernyanyi-nyanyi. Aku mengambil jus dari kulkas dan menyiapkan roti isiku. Jus dingin dan roti isi memang pas untuk menemani pagiku yang cerah ini.
Karena aku tidak memiliki rencana apapun hari ini, aku pun bermaksud mengajak temanku mary untuk berjalan-jalan dan membeli beberapa persediaanku yang sudah mulai habis. Akupun langsung mengambil ponselku dan menghubungi mary.

***

Upload Cerita Pendek

sesungguhnya gue selalu ga tahu apa yang bakal gue tulis begitu gue log-in blogspot. gue selalu kebingungan sendiri mengenai materi apa yang bisa gue share.

setelah bertapa dan berpikir keras sekeras kerasnya akhirnya gue kepikiran buat ngupload sebuah cerita yang gue tulis sendiri.

rencananya gue mau bikin cerita gitu, tapi gue bakal upload cerita itu sedikit-sedikit, sesuai dengan mood gue buat ngerjainnya, hehehhe.

nah abis ini gue mau mulai dengan bab 1 dulu nih, bagi yang berminat boleh dibaca dan dikomentari.

berhubung ini kali pertamanya gue ngupload cerita gue, jadi mohon maaf ya kalo agak ngawur dan berantakan soalnya gue bener2 belajar nulis otodidak, berawal dari nulis diary, hehehe.

enjoy reading guys..:D